Header Ads

Tak Mau Menyerah, Ibu Salbiyah dan Suami Jualan Keliling Setelah Kantin Sekolah Ditutup

 

BAGAIMANAPUN juga asap dapur harus tetap mengepul. Bergulat dengan pandemi yang menghantam kepongahan intelektual dan teknologi manusia, tak membuat Ibu Salbiyah patah berjuang. Tak bisa berjualan di dalam kantin sekolah, ia pun rela berjualan keliling untuk melanjutkan kehidupan. Sebuah semangat yang memantik inspirasi ada di dalam dadanya.
------------------------------------------------------------------
Rumseh, Banjarmasin |  BANJARMUDA.com
------------------------------------------------------------------
Pagi-pagi Ibu Salbiyah sudah sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menjual barang dagangannya. Bukanlah pedagang namanya, jika tiada punya cita mengenai untung yang bisa didapat, modal yang bisa diputar kembali dan peluang yang mungkin bisa ditembus dalam ruang dan waktu.

Maklum saja, Ibu Salbiyah, entah berapa purnama sudah --meminjam kalimat dalam film AADC-- telah terbiasa berjualan dalam sekolah. Ya, di dalam kantin sekolah tepatnya. Penjualan yang stabil, pembeli dari para pelajar yang selalu ada, benar-benar sebuah kisah bahagia bagi pedagang di kantin sekolah. 

Namun semua berubah, ketika garis ketentuan Sang Pencipta telah ditetapkan. Pandemi datang menghantam. Tetiba saja, sekolah diliburkan, bukan sehari, seminggu atau sebulan. Tetapi lebih dari dua tahun! Bayangkan saja!

Ibu Salbiyah merupakan salah satu ibu kantin yang berjualan 20 tahun lebih di kantin sekolah bersama sang suami. Ia berjualan di kanting SMPN 4 Banjarmasin, bagian selatan Pulau Kalimantan.

Wanita yang berdomisili di Teluk Tiram ini mengatakan selama pandemi di Banjarmasin, mengharuskan sekolah melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Ia bersama suaminya bahkan harus berjualan berkeliling di lingkungan sekitar rumahnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika tidak, pendapatan keluarga akan limbung, sementara perut mesti tetap terisi.

Meskipun begitu Ibu Salbiyah, pantang surut ke belakang. Seperti kata pepatah, sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. "Tak jarang jualan kami pun sering kurang laku, namun saya dan suami terus berjualan saja," tuturnya kepada Banjarmuda.com.

Waktu itu ia dan suami hanya bisa pasrah sambil terus berikhtiar, menjemput rezeki. 
Hingga akhirnya, ia diizinkan kembali berjualan di kantin secara bergantian, karena sekolah kembali melakukan pembelajaran tatap muka. "Alhamdulillah," ucapnya bersyukur.

Wanita berusia 50 tahun ini mengaku senang dan bersyukur kembali diizinkan untuk membuka warung dagangannya. Meski hanya dibuka secara bergantian, namun ibu dua orang anak itu tetap semangat menjual barang dagangan. "Ya mau gimana lagi mba, kita kan cuma terus berusaha untuk mencari rezeki," tuturnya, Selasa (8/2/2022).

Jualannya sendiri tidak jauh berbeda dari sebelumnya, berbagai macam minuman dingin dan aneka jus buah. Dimulai harga lima ribu hingga sepuluh ribu rupiah per gelasnya.

Ia berharap warungnya bisa terus dibuka setiap hari, agar ada pemasukan yang stabil untuk kebutuhan sehari - harinya. Ia pun berharap kantin dapat dibuka secara serentak tanpa harus bergantian. Setidaknya, jika sekolah kembali melakukan pembelajaran daring dan kantin kembali diturup, ia sudah tak kaget lagi. Karena sudah mengarungi pengalaman serupa, bertahun lamanya. Pengalaman membuatnya lebih siap. (arum/sip)

No comments

close
pop up banner